Nampaknya demam tukul dalam empatmata-nya telah merasuk ke gedung yang merupakan tempat orang-orang hebat nan terhormat. Bukan masalah lucunya, culunnya, katroknya tukul yang membuat demam orang-orang hebat itu, tetapi istilah kembali ke laptopnya itu yang terasa terdengar cukup nyaring, bahkan laptopnya saja yang semakin sedap dipendengaran. Ya, kumpulan orang-orang hebat tersebut baru demam laptop, 'katanya untuk menunjang kinerjanya'. Meski terakhir terdengar kabar bahwa itu dibatalkan, namun cukup mengusik perhatian khalayak akan masalah itu. Permasalahannya sebetulnya, apakah tuntutan untuk mendapatkan laptop yang setiap anggota satu unit -konon harganya 21 jeti'- itu benar-benar bisa menunjang kinerja para orang hebat itu. Apa benar dengan laptop itu juga akan semakin memikirkan rakyat kecil yang diwakilinya di gedung yang super mewah dengan gaji yang super hebat pula. Justru dengan tuntutan laptop itu aja sudah menunjukkan bahwa nasib rakyat kecil selalu (kalau tidak boleh dengan istilah "semangkin") terpinggirkan dari benak para orang hebat itu. Permasalahan selanjutnya adalah bahwa setiap orang hebat itu sebenarnya sudah ada staffnya yang sudah dilengkapi pula dengan komputer untuk kinerjanya. Jadi laptop yang sering disebut dengan komputer jinjing itu, mungkin hanya akan dijinjang-jinjing kemana-mana tanpa digunakan sebagaimana mestinya sebagai kumpulan orang hebat. Eh... ada pula sementara orang yang berpikir dan berceloteh "apa semua orang hebat itu ya bisa mengoperasionalkan laptop itu ya" (Eh, jangan ngeremehin ya, orang hebat kok nggak bisa orang macam tukul aja bisa kok, meski selalu panggil Tiaaaaaa.)
wonten lajengipun |