Satu lagi mahasiswa salah satu pendidikan tinggi Kedinasan mengalami nasib naas. IPDN yang dulu bernama APDN sebelum berubah menjai STPDN kembali membuat sejarah yang "heroik" dengan meninggalnya (lebih tepat mungkin "terbunuhnya") peserta didik di lembaga tersebut. Chliff Muntu, satu lagi praja (sebutan untuk peserta didik atau mahasiswa di lembaga pendidikan tersebut) yang menjadi korban keganasan para seniornya. Menarik untuk diperhatikan bahwa lembaga yang semestinya menjadi tempat penggemblengan "insan-insan" yang seharusnya mempunyai kualitas nan bermutu untuk menjadi pemimpin bangsa masa depan, tetapi model penggemblengannya (baca:perlakuan) senior kepada yunior sepertinya lebih tepat untuk perlakuan "orang liar" yang memperlakukan musuh yang jahat, mempunyai kesalahan yang tidak terampuni, wis pokoknya orang yang punya salah luar biasa". Si Muntu ini adalah korban yang sudah kesekian kalinya, kalau tidak salah ingat dan salah dengar, sudah lebih dari 30 (tigangndasa) orang peserta didik (praja) di lembaga tersebut yang menemui ajal karena keganasan sesama peserta didik itu. Ada yang tulang dadanya retak, ada yang kepalanya bocor, dan yang menarik lagi ada yang meninggal setelah aborsi. Weleh hebat tenan to ya, (seperti logat anakku si bagas). Ada juga berita lain di lingkungan itu adalah adanya Free Sex di lingkungan itu, meski ini dibantah petingginya. Namun berita sudah beredar, masyarakat bisa menilainya sendiri. Ruaaar Biaaasaaaa, orang yang di didik untuk menjadi orang-orang terhormat kok malah dengan bangganya bisa "membunuh" sesamanya, tanpa merasa bersalah. huebat niaaan. Di sisi lain timbul pertanyaan, sebetulnya apakah setiap pendidikan kedinasan yang ada di negara kita ini, praktek kekerasan semacam itu bisa dengan leluasa dilakukan senior terhadap yuniornya. Masih ingat dibenak saya beberapa kejadian serupa di beberapa lembaga pendidikan kedinasan seperti itu. Beberapa waktu lalu IPDN sudah ada korban, berikutnya ada penganiayaan yang dilakukan senior terhadap yuniornya hingga koma beberapa waktu di lembaga pendidikan calon-calon penegak hukum, kemudian ada lagi korban meninggal di lembaga lain yang bakal ngurusi transportasi. Tetapi dari semua kejadian itu yang menarik adalah bahwa meski ada bahkan banyak kejadian-kejadian semacam itu, masyarakat tetap saja banyak yang berminat masuk di lembaga pendidikan tersebut. Gejala apa yah....... Wonten sambetipun......................
|